Google+ Facebook Twitter

Aku Butuh Rangsangan

Waktu itu aku masih SMP, aku pernah jatuh cinta sama seorang cewek pinter, cantik dan manis sebut saja namanya Ria. Kala itu aku cuma bisa mengungkapkan sayangku padanya lewat curhat ke seorang teman aku. Aku masih orang yang sama, cowok yang ngak bisa mengungkapkan perasaan secara langsung ke cewek. Semua pendekatan terjadi hanya lewat teknologi. Tak pernah ada ketemuan langsung, ngak ada yang namanya, jalan bareng (iyalah, ketemuan aja ngak pernah gimana mo jalan bareng).
Dalam keadaan itu aku berusaha memberanikan diri untuk bicara dengannya. Sebelum bertemu, aku sms dia, "Besok kita ketemuan ya pas pulang sekolah. Ada yang aku mo omongin".
Jari-jariku gemetar saat mengetik sms itu. Sebelum Aku mengirimnya, keraguan masih ada di benakku, "kirim ngak ya, kirim ngak ya?"
Berputar-putar dalam pikiran ini sampe aku berjenggot, bulu kaki udah panjang dan rambut mulai putih. Dan sesaat setelah itu aku mengirimnya.
Keesokan harinya pas pulang sekolah, hati ini mulai berdebar-debar. Saat melihat dia mulai mendekati kelasku, tiba-tiba perutku keroncongan, mulai mual, kepala mulai sakit, dan saat itu aku tau. Sakit magg aku mulai kambuh.
Terlihat dari dalam kelas dia hampir masuk ke dalam kelas. Hati ini mulai tidak tenang. Kalo ketemu mo bilang apa ya, aku harus gimana dong. Dan seketika itu juga dia masuk ke dalam kelas.
terdengar suara wanita cantik itu, "kok di dalam kelas ngak ada orangnya, katanya mo ketemuan?".
Jadi, saat itu aku memutuskan bersembunyi di kolong meja. Hati ini ngak siap ketemu sama Ria.

Begitulah yang terjadi. Waktu terus bergulir dengan smsan tanpa ketemuan. Hingga satu kali terjadi kejadian yang tidak terduga pas pulang sekolah. Saat itu aku lagi mo keluar kelas. Sambil bersalto aku menuju pintu keluar kelas. Dan di saat itulah kejadian tak terduga itu terjadi. Saat kepala ini berpaling ke belakang, tiba-tiba ada Agnes Monica menyapaku, "Hai, apa kabar" Panas dingin sudah badan ini. Mau lari ngak bisa lagi (yang menyapa bukan Agnes, tapi si Ria). Saat itu hal yang paling aku takutkan adalah pipis di celana gara-gara gugup ketemu dia.
"Hai juga Ria" Jawabku gugup.
"kamu mo udah mo pulang ya" Tanyanya.
"Iya nih" Jawabku dengan seragam bagian belakang basah dengan keringat.
Waktu itu percakapan kami terhenti diganti keributan anak-anak yang pulang sekolah. Aku terus menguatkan diri agar tidak salah tingkah atau terjadi kejadian yang tidak aku inginkan. Dalam penderitaan itu aku coba memberanikan diri berkata dengan gagap, "A..a..a.aku anterin pu..pulang ya".
"Boleh. Ayo". Jawabnya dengan senyuman yang wow, aku klepek-klepek.
Perjalanan berlangsung seru. Mendaki gunung lewati lembah, sungai mengalir indah ke samudra bersama dia pulang barengan. Serunya saat itu aku bisa mengantar dia pulang. Tak ada kata-kata yang keluar sampai kuberanikan diri berkata, "Dah, sampai jumpa besok" (Ternyata udah nyampe rumanhya).

Butuh keberanian untuk bisa bertemu dan berkata-kata dengan dia yang ditaksir. Tapi saat semua itu sulit dilakukan, butuh sesuatu yang tak terduga untuk merangsang keberanian itu. Dan ketika saat itu datang menghampiri, jangan pernah menyia-nyiakannya. Karena kamu ngak akan tau kapan kesempatan yang seperti itu akan datang kembali.

Salam Jomblo, Buat yang Jomblo tetap semangat ya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar